Hai nafas.
Apa kabarmu
mengikuti perjalanan hidupku ini?
Mengikuti liku-
likunya mencari keberadaan jati diri.
Mencari keberadaan
kedamaian dan mencari apa itu hidup dan mati.
Nafas, aku tak
pernah tau sampai kapan kau akan menemaniku.
Memberikanku
kesempatan untukku terus bersama- sama dengan yang masih hidup
Entah mereka yang
mengajariku hidup secara kasar ataupun halus
Nafas,
Akankah nanti aku
akan merugi? Ataukah nanti aku akan menjadi manusia beruntung yang menemukan
kebenaran tentang semua ini
Kebenaran yang
mutlak, kebenaran yang menjadi tujuan mengapa kami hidup.
Tetapi sejujurnya,
bertemu dengan orang lain membuatku serba salah. Dan aku takut dalam mengambil
keputusanku.
Terkadang egois ini
membuncah di seluruh isi rongga- rongga pernafasan, egois ini memintaku untuk
tidak mengalah kepada mereka yang kepada mereka aku sanggup menahan egoku.
Disisi lain aku
mengalah, itu membuatku menjadi tak dihargai dan itu pula memberikan mereka
peluang untuk menjadi orang yang jahat.
Nafas,
Berhentilah di saat
yang tepat, dimana aku benar- benar menemukan kebenaran yg mutlak itu
Kebenaran yang
membawa kedamaian di tidurku yang abadi.
Tetapi apalah dayamu
nafas, kau hanyalah nafas.
Dan merugi atau
tidaknya aku itu adalah upayaku yang merupakan kehendakNya.
0 komentar:
Posting Komentar